November 2, 2009

Suatu Pagi di Taman Lansia, Bandung

9a76f8c6cf23310f

What?

Diklat Literatur 3 hari kedua.

Who?

Literatur angkatan 8 atau angkatan 2012.

When?

Minggu, 01 November 2009. Kurang lebih dari jam 8 pagi hingga jam 12 siang.

Where?

Tempat nenek-nenek main perosotan. (Siapa sih yang buat clue ini?)

Why?

Karena sebelum menjadi anggota resmi ektrakurikuler Literatur SMA 3 Bandung, kami sebagai anak bawang harus dididik dan diberi pelatihan terlebih dahulu. Tapi kenapa mereka memilih Taman Lansia, tanyakan pada awan yang berarak saja.

How?

Oke. Cerita ini bakal memalukan… sekali. Tidak pantas untuk ditonton oleh khalayak ramai. Jadi beruntunglah bagi mereka yang tidak datang ke Taman Lansia pada hari Minggu tanggal 1 November kemarin. Jika datang, dikhawatirkan memiliki indikasi penyakit mata atau kelainan jiwa jika menonton ‘pertunjukan’ dari kami.

Saya masuk ke dalam kelompok 3. Disuruh membuat cerpen berantai dengan tema ‘Fantasi’. Diawali dengan kata Salim sibuk mencari, saya mulai melanjutkan kalimat tersebut disambung oleh teman-teman. Dan karena stres, –piiip- mengusulkan sebuah ide maha-dahsyat nan ngaco-tenan tapi kami terima dengan senang hati.

Maka, kami pun membacakannya di atas bangku setelah berjoget ria dan menyanyikan lagu ‘SMS’.

Selamat membaca :) Dan jangan lupa segera pergi ke dokter mata setelahnya.

CINTA PERTAMA DAN TERAKHIR

Salim sibuk mencari jam tangannya yang terjatuh saat olahraga tadi pagi. Ia sudah memberitahukan pada Pak Guru, tapi sialnya guru tersebut tampak acuh tak acuh. Dengan geram, ia kembali ke taman tempat ia dan teman sekelasnya berolahraga tadi pagi seusai jam pelajaran sekolah. Kakinya terus melangkah, kepalanya bergerak-gerak. Matanya sibuk mencari-cari. Tapi hampir satu jam penuh ia tak dapat menemukannya.

Hingga akhirnya ia menemukan sebuah botol bertutup gabus. Rasa penasaran melanda dirinya, dan perlahan ia membuka tutup botol tersebut. JRENG JRENG!

Seekor kodok besar berekor delapan dan tubuhnya berwarna pelangi muncul.

Seksi kan gue?” tanya kodok tersebut.

Salim terdiam. Ia terpaku akan keseksian dan kecantikan kodok tersebut. Hatinya bergemuruh kencang.

Karena kau sudah membantuku, aku akan mengabulkan dua permintaanmu.”

Salim meminta jam tangannya kembali, dan ia pun mendapatkannya. Kemudian ia menatap kodok yang ternyata bernama Mayangsar* tersebut.

Kok nama kamu kayak artis, sih?” tanya Salim heran.

Ya nggak apa-apa dong. Nama Mayangsar* kan nggak cuma satu,” jawabnya.

Salim masih punya satu permintaan lagi. Lalu ia menatap Mayangsar*. Jantungnya berdegup kencang. Keringat membasahi tubuhnya. Hidupnya terasa terhenti. Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?

Maka ia berlutut dan berkata, “Aku mencintaimu. Maukah kau menikah denganku?”

Terkejut, Mayangsar*pun menyambut uluran tangan Salim. “Iya, aku mau…”

Merekapun menikah dan Mayangsar* melahirkan seekor siluman kecebong berekor sembilan bernama Bambang Trihatmodj*.

Dan merekapun hidup bahagia selama-lamanya…

(Ditulis kembali dengan sedikit perubahan dikarenakan naskah aslinya disimpan oleh  Panitia Diklat.)

0 comments:

 

Blog Template by YummyLolly.com - RSS icons by ComingUpForAir